Bayangkan kalau pengunjung kesulitan mengakses website Anda. Mereka pasti jengkel, kan?
Anda juga mungkin bingung kenapa hal itu bisa terjadi. Nah, penyebab kondisi ini bisa jadi karena website overload, yang mana sering terjadi pada pengguna shared hosting.
Tapi jangan khawatir, ada banyak cara untuk mengatasi website yang overload. Walau begitu, Anda juga perlu tahu berbagai penyebabnya.
Penasaran, kan? Yuk simak pembahasannya lebih lanjut!
Apa Penyebab Website Overload?
Website overload terjadi karena adanya penggunaan resource layanan hosting yang melebihi ketentuan wajar yang ditetapkan.
Hal ini bisa saja terjadi pada pengguna shared hosting yang berbagi resource dengan pengguna lain pada server yang sama.
Meskipun layanan shared hosting Anda bersifat unlimited, kalau penggunaan resource Anda menyebabkan gangguan performa website pengguna lain, tentu kurang adil, kan?
Nah, itulah alasan kenapa ada penerapan resource limit pada penggunaan storage dan memori.
Apabila website Anda melebihi resource limit tersebut, maka website akan overload. Dampaknya, akses website jadi lambat hingga tidak bisa diakses sama sekali.
Apa pemicunya? Penyebabnya bisa bermacam-macam. Beberapa hal yang bisa memakan habis storage dan memori server Anda:
Penyebab resource limit cukup banyak, ya? Karena itu, Anda mungkin kesulitan mencari tahu apa yang terjadi pada website tersebut sebenarnya.
Tapi tenang saja, ada tools yang bisa membantu Anda mengeceknya, kok. Simak di bagian selanjutnya, ya!
Cara Cek Penyebab Website Overload
Setidaknya ada dua tools yang bisa Anda gunakan untuk memeriksa penyebab website overload, yaitu:
- Resource Usage di cPanel
- Plugin Query Monitor di WordPress.
Mari mulai pengecekannya dengan masing-masing tools di atas:
Cara Cek Penyebab Website Overload dengan Resource Usage di cPanel
Mencari tahu penyebab website overload bisa dilakukan dengan mudah melalui cPanel. Anda tinggal mengikuti langkah-langkah berikut ini:
1. Login ke cPanel
Untuk login ke cPanel, ketikkan URL website Anda dan diikuti dengan /cpanel. Misalnya, domainku.com/cpanel.
Setelah halaman login cPanel muncul, masukkan username dan password yang diberikan penyedia hosting saat Anda membeli layanan hosting.
Bagi pengguna Niagahoster, Anda bisa login ke cPanel tanpa harus memasukkan username dan password, yaitu melalui Member Area.
Pertama-tama, klik Kelola Layanan di menu cPanel Hosting.
Pada halaman selanjutnya, klik tombol Lihat Semua Fitur cPanel di kotak Quick Shortcut ke cPanel. Dengan seketika, Anda dibawa ke halaman utama cPanel.
Baca Juga: 10+ Keunggulan WordPress Hosting Niagahoster, Buat Website Makin Gampang!
2. Akses Resource Usage
Jika sudah masuk ke cPanel, klik Resource Usage. Menu ini bisa Anda temukan di kategori Metrics. Atau, Anda bisa mencarinya menggunakan search bar yang ada di pojok kanan atas halaman.
Halaman Resource Usage akan menampilkan salah satu status berikut ini, tergantung kondisi resource hosting Anda, yaitu:
- Your site had no issues in the past 24 hours — Artinya, website Anda tidak overload.
- Your site has been limited within the past 24 hours — Artinya, website Anda overload. Di bawah pesan ini akan ditampilkan jenis resource yang penggunaannya melebihi kapasitas.
- Your site might hit resource limits soon — Artinya, website Anda hampir overload. cPanel juga akan menampilkan jenis resource yang penggunaannya sudah hampir mencapai batas.
Nah, jika website memang mengalami overload, Anda harus mengecek pemicunya. Caranya akan kami jelaskan di langkah selanjutnya.
3. Cek Detail Penggunaan Resource
Untuk mencari tahu penyebab penggunaan resource yang melebihi batas, Anda bisa klik tombol Details di bawah status yang ditampilkan. Atau, Anda juga bisa klik tab Current Usage di sebelah tab Dashboard.
Setelah klik Current Usage, Resource Usage akan menampilkan grafik penggunaan masing-masing jenis resource. Di antaranya, memori, CPU, inodes, dan input/output.
Sebagai catatan, grafik ini menampilkan penggunaan per jam. Jika Anda ingin melihat grafik yang lebih detail, klik menu drop-down Time Unit. Kemudian, pilih Minute. Dengan demikian, yang ditampilkan adalah penggunaan per menit.
4. Cek Snapshot
Apabila cara di atas belum menunjukkan penyebab pasti website overload, ada cara lain. Klik tab Snapshot. Tab ini menampilkan daftar proses yang terjadi di server Anda di waktu-waktu tertentu. Agar lebih jelas, perhatikan contoh di bawah ini:
Seperti yang Anda lihat, ada empat kolom yang ditampilkan dalam daftar proses, yaitu:
- PID — ID proses
- CMD — nama proses
- CPU — penggunaan CPU
- MEM — banyaknya memori yang digunakan
Dari contoh di atas, penggunaan CPU untuk memproses bad_script.php melebihi kapasitas karena mencapai 103%. Jadi, bisa disimpulkan bahwa ada masalah dengan skrip tersebut yang membebani kinerja server.
Nah, di atas daftar proses ada juga tab Database Queries dan HTTP Queries. Anda bisa klik kedua tab ini untuk mencari proses database dan HTTP yang bermasalah.
Lalu, bagaimana jika website overload sudah terjadi kemarin atau beberapa hari sebelumnya?
Tidak masalah. Anda tinggal klik menu drop-down tanggal dan waktu yang ada di atas tab-tab tadi.
Cek Penyebab Website Overload dengan Plugin Query Monitor
Bagi pengguna WordPress, ada cara lain untuk cek penyebab website overload, yaitu menggunakan plugin Query Monitor.
1. Install Plugin Query Monitor
Untuk menginstalnya, login ke Dashboard WordPress dan klik Plugins > Add New. Kemudian, klik Activate.
Catatan penting! Query Monitor memakan banyak resource. Saat tidak Anda gunakan, nonaktifkan dengan klik Deactivate.
Setelah Query Monitor aktif, ikuti langkah-langkah selanjutnya.
Cek juga : Layanan Webhosting Murah Niagahoster Full Support 24/7!
2. Aktifkan Authentication Cookie
Untuk menggunakan Query Monitor, Anda harus mengaktifkan authentication cookie-nya terlebih dahulu.
Caranya, akses daftar plugin dengan klik Plugins > Installed Plugins lagi. Kemudian klik tombol Settings di bawah nama Query Monitor. Jendela pengaturan Query Monitor akan muncul di bawah Dashboard WordPress seperti berikut ini:
Di pengaturan tersebut, klik tombol Set authentication cookie.
Setelah authentication cookie aktif, Anda bisa menutup window pengaturan Query Monitor.
Baca Juga: Cara Gunakan Google PageSpeed Insight untuk Optimasi Website
3. Cek Daftar Query
Setelah mengaktifkan authentication cookie Query Monitor, Anda akan menemukan informasi berupa angka-angka di admin bar WordPress seperti contoh berikut:
Angka-angka tersebut menunjukkan informasi performa website Anda meliputi (mulai dari kiri):
- Kecepatan loading
- Memori yang digunakan untuk loading
- Waktu yang digunakan untuk database query
- Jumlah database query
Apabila ingin tahu lebih lanjut tentang performa website, Anda tinggal arahkan kursor ke informasi Query Monitor dengan menu seperti di bawah ini:
Nah, untuk mencari tahu penyebab website overload, klik menu Queries. Menu ini akan menampilkan daftar database query di bagian bawah browser Anda.
Baca Juga: Apa Itu Query SQL? Simak Penjelasan Lengkapnya!
Untuk melihat daftar query lebih jelas, Anda bisa mengatur besar jendela Query Monitor sesuai kebutuhan. Apalagi jika query di website Anda cukup banyak.
Sekarang, tugas Anda adalah mencari query yang memakan waktu lama. Untuk mencarinya, perhatikan kolom Time yang terletak di paling kanan daftar query.
Nah, karena query-query tersebut ditampilkan secara acak, Anda bisa mengurutkannya berdasarkan durasinya. Caranya, klik tanda panah ke arah atas yang ada di sebelah kanan teks Time untuk menampilkan query dengan waktu terlama.
Perhatikan daftar caller yang paling lama karena itulah yang bisa jadi menyebabkan website overload.
10 Cara Mengatasi Website yang Overload
Sekarang Anda sudah melakukan pengecekan penyebab website overload. Lalu, bagaimana cara mengatasinya? Kami punya sepuluh cara untuk mengatasi website yang overload, yaitu:
- Instal plugin secukupnya
- Gunakan plugin dan tema yang update
- Resize dan Kompres Gambar
- Instal Plugin Cache
- Gunakan Content Delivery Network
- Minify File HTML, CSS, dan JavaScript
- Aktifkan GZIP Compression
- Perbarui Versi WordPress Setiap Ada Update
- Optimalkan Database MySQL
- Batasi Revisi Halaman
Mari kita bahas satu per satu!
1. Instal Plugin Secukupnya
Salah satu daya tarik WordPress adalah banyaknya plugin yang membuat pengelolaan website jadi lebih mudah.
Tak jarang Anda tergiur untuk menginstal bermacam-macam plugin WordPress yang membuat penggunaan memori server semakin besar. Alhasil, website Anda jadi rawan overload.
Solusinya, lakukan instalasi plugin yang paling penting untuk website Anda.
Selebihnya, Anda tinggal menginstal satu atau dua plugin dengan fungsi khusus seperti WooCommerce untuk toko online Anda.
Nah, Jika sudah terlanjur instal banyak plugin, hapus saja yang tidak Anda butuhkan. Lalu, jika menemukan plugin yang berat ketika pengecekan query, Anda harus mencari plugin alternatif yang lebih ringan.
2. Gunakan Plugin dan Tema yang Update
Apa yang Anda perhatikan ketika memilih plugin dan tema? Rating? Ulasan? Atau jumlah download? Jika memperhatikan ketiga aspek tersebut, Anda sudah melakukan langkah yang tepat!
Namun, akan lebih baik kalau Anda juga mengecek kapan terakhir kali sebuah plugin diupdate oleh developernya. Kalau sudah terlalu lama, pertimbangkan lagi ketika akan menggunakannya.
Lalu, bagaimana cara mengecek update atau tidaknya plugin dan tema WordPress? Dari repositori plugin di Dashboard WordPress, klik More Details pada plugin yang ingin Anda cek:
Pada bagian deskripsi, perhatikan bagian Last Updated untuk tahu kapan update terakhir kali dilakukan, seperti di gambar berikut:
Nah, bagaimana jika Anda ingin mengecek plugin yang sudah diinstal? Tinggal klik Plugins di Dashboard WordPress untuk melihat daftar plugin Anda. Selanjutnya, klik View Details di masing-masing plugin. Menu ini akan menampilkan deskripsi dan informasi plugin seperti tadi.
Untuk memeriksa kapan tema di-update terakhir kali, caranya berbeda. Anda harus mengakses repositori tema melalui wordpress.org/themes. Kemudian, arahkan kursor Anda ke tema yang diinginkan dan klik More Info.
Seperti saat cek plugin tadi, Anda akan menemukan informasi tema, termasuk tanggal pembaruan terakhirnya.
Pasalnya, kode atau skrip di plugin dan tema yang lama tidak di-update bisa saja tidak optimal dan malah menyebabkan error di website Anda. Belum lagi kalau plugin tersebut tidak kompatibel dengan versi WordPress yang Anda gunakan.
Yang paling mengkhawatirkan, plugin dan tema yang lama tidak diperbarui rawan ancaman keamanan karena bisa jadi sudah dimanfaatkan oleh hacker untuk memasukkan malware dan skrip berbahaya.
3. Resize dan Kompres Gambar
Tidak salah jika Anda punya banyak gambar di website. Kurangnya elemen visual justru membuat website tidak terlihat menarik.
Namun, setiap gambar yang Anda upload harus melalui proses resize dan kompresi dulu. Dengan melakukannya, gambar-gambar Anda akan lebih ringan sehingga penggunaan storage server dapat dikurangi.
Nah, mana yang perlu dilakukan terlebih dahulu? Idealnya, Anda resize gambar sebelum mengkompresnya.
Cara Resize Gambar
Jika menggunakan Windows, Anda bisa menggunakan aplikasi Microsoft Paint. Setelah membuka gambar yang ingin di-resize, klik Home > Resize.
Ketika muncul menu popup, ketikkan dimensi gambar yang Anda inginkan di kolom Resize. Jika sudah, klik Ok dan simpan gambar tersebut.
Cara Kompres Gambar
Setelah resize gambar, Anda bisa mengkompresnya dengan tool online, yaitu TinyJPG. Cara menggunakan tool ini sangat sederhana. Anda tinggal upload gambar yang ingin dikompres dengan klik area yang ditunjuk oleh tanda panah di bawah ini.
Gambar Anda akan segera dikompres oleh TinyJPG setelah di-upload. Setelah proses kompresi selesai, Anda tinggal download gambarnya dengan klik Download.
Baca Juga: Panduan Lengkap Memaksimalkan Image SEO untuk Website
4. Instal Plugin Cache
Solusi lainnya untuk website overload adalah mengaktifkan cache. Lho, apa itu?
Cache adalah data website yang disimpan sementara di server. Tujuannya, ketika pengunjung mengakses website, data inilah yang dikirimkan ke browser mereka. Dengan begitu, kinerja server untuk melayani akses website jadi lebih ringan.
Meski kedengarannya sangat teknis, cara mengaktifkan cache cukup mudah dengan bantuan plugin cache di WordPress, seperti:
- WP Super Cache
- WP Rocket
- W3 Total Cache
- LiteSpeed Cache
Tak perlu bingung plugin mana yang Anda butuhkan. Kami sudah menjelaskan perbandingan plugin tersebut dari sisi performa, fitur, hingga harga.
Nah, jika Anda pengguna Niagahoster, mengaktifkan cache bisa dilakukan dengan lebih simpel berkat fitur WordPress Accelerator. Begitu Anda aktifkan, fitur ini akan menginstal LiteSpeed Cache yang dukungan cachenya lengkap.
Untuk melakukannya, simak langkah-langkah di bawah ini:
1. Login ke Member Area Niagahoster.
2. Pada daftar layanan hosting di Member Area, klik Kelola Layanan. Lalu, klik tombol WordPress Management.
3. Di halaman selanjutnya, klik tombol Aktifkan WordPress Accelerator di kotak Pengaturan WordPress.
4. Setelah WordPress Accelerator aktif, login ke Dashboard WordPress Anda dan konfigurasikan LiteSpeed Cache.
Baca Juga: Meningkatkan Kecepatan Website dengan Leverage Browser Caching
5. Gunakan Content Delivery Network
Kalau pengunjung Anda berasal dari berbagai penjuru dunia dan mendadak traffic Anda membludak, menggunakan Content Delivery Network (CDN) bisa menjadi solusi.
CDN adalah jaringan server yang terletak di berbagai negara. Tugasnya untuk menyimpan cache website Anda dan mengirimkannya ke pengunjung terdekat dari server.
Jadi, dengan menggunakan CDN, server tidak perlu bekerja keras mengirimkan data website ke lokasi-lokasi yang jauh dari data center. Alhasil, website overload bisa Anda hindari.
Ada banyak layanan CDN yang bisa Anda gunakan. Salah satunya adalah CDN Cloudflare yang tersedia dalam versi gratis.
CDN Cloudflare juga sudah terintegrasi dengan Niagahoster, jadi Anda tinggal mengaktifkannya di hosting Anda. Untuk mempelajari caranya, Anda bisa baca panduan menggunakan Cloudflare.
6. Minify File HTML, CSS, dan JavaScript
Website terdiri dari file-file seperti HTML, CSS, dan JavaScript. Kalau jumlah file-file ini terlalu banyak dan berukuran besar bisa menyebabkan website overload. Untuk itu, Anda harus melakukan proses minify atau minification.
Minification adalah tindakan di mana Anda menghapus karakter-karakter yang tidak dibutuhkan dalam kode file.
Umumnya, minification dilakukan secara manual. Namun, jangan khawatir apabila Anda bukan seorang developer. Anda bisa melakukan minify dengan bantuan plugin, seperti Autoptimize.
Setelah instal Autoptimize, pastikan Anda mengaktifkan plugin tersebut di halaman pengaturannya. Caranya, klik Settings > Autoptimize di Dashboard.
Klik tab JS, CSS & HTML, lalu klik tiga checkbox berikut ini:
- Optimize JavaScript Code
- Optimize CSS Code
- Optimize HTML Code
Terakhir, klik Save Changes untuk menyimpan pengaturan Anda.
Baca Juga: Cara Memperbaiki Render Blocking JavaScript dan CSS
7. Aktifkan GZIP Compression
Seperti gambar, file-file website juga harus dikompres. Caranya dengan mengaktifkan GZIP compression.
Cara mengaktifkan GZIP compression memang sedikit teknis, tapi mudah. Untuk melakukannya, ikuti langkah-langkah di bawah ini:
1. Login ke cPanel.
2. Akses File Manager.
3. Temukan file .htaccess di folder public_html.
4. Jika file tersebut tersembunyi, klik tombol Settings di pojok kanan atas File Manager. Di menu yang muncul, klik checkbox Show Hidden Files dan klik Save.
5. Buka file .htaccess dengan klik kanan dan klik Edit.
6. Tambahkan kode berikut ini ke file .htaccess. Jangan lupa, klik Save Changes agar kodenya tersimpan.
<IfModule mod_filter.c>
<IfModule mod_deflate.c>
AddOutputFilterByType DEFLATE “application/atom+xml” \
“application/javascript” \
“application/json” \
“application/ld+json” \
“application/manifest+json” \
“application/rdf+xml” \
“application/rss+xml” \
“application/schema+json” \
“application/vnd.geo+json” \
“application/vnd.ms-fontobject” \
“application/x-font-ttf” \
“application/x-javascript” \
“application/x-web-appmanifest+json” \
“application/xhtml+xml” \
“application/xml” \
“font/eot” \
“font/opentype” \
“image/bmp” \
“image/svg+xml” \
“image/vnd.microsoft.icon” \
“image/x-icon” \
“text/cache-manifest” \
“text/css” \
“text/html” \
“text/javascript” \
“text/plain” \
“text/vcard” \
“text/vnd.rim.location.xloc” \
“text/vtt” \
“text/x-component” \
“text/x-cross-domain-policy” \
“text/xml”
</IfModule>
</IfModule>
Baca Juga: Brotli: Ini Dia Teknik Kompresi untuk Website Lebih Cepat
8. Perbarui Versi WordPress Setiap Ada Update
Sudahkah Anda update WordPress ke versi terbaru? Jika belum, lakukanlah segera.
Versi terupdate WordPress selalu memperbaiki masalah di versi lama baik dari sisi fitur maupun keamanan. Termasuk ketika ada bug yang menyebabkan website WordPress lambat, developer WordPress akan memperbaikinya.
Oleh karena itu, memperbarui versi WordPress bisa mencegah website overload.
Kabar baiknya, update WordPress juga mudah. Setiap kali ada versi terbaru, pemberitahuannya akan muncul di Dashboard. Anda tinggal klik pemberitahuan tersebut untuk memperbarui versi WordPress.
Apabila menggunakan Niagahoster, WordPress Anda bisa diperbarui secara otomatis. Caranya:
1. Login ke Member Area dan klik Kelola Layanan di layanan hosting yang Anda gunakan.
2. Klik tombol WordPress Management.
3. Di kolom sebelah kanan, Anda akan menemukan kotak Versi WordPress. Klik tombol Aktifkan Auto Update
9. Optimalkan Database MySQL
Setiap aktivitas yang terjadi di website akan menambahkan tabel di database. Dengan berjalannya waktu, ini tentu akan memberatkan database website.
Nah, solusi untuk masalah di atas adalah mengoptimalkan database. Ikuti caranya di bawah ini:
1. Login ke cPanel.
2. Akses phpMyAdmin.
3. Di sisi sebelah kiri halaman phpMyAdmin, klik database yang ingin Anda optimalkan. Ini akan memunculkan daftar tabel dalam database tersebut.
4. Di bawah daftar tabel, klik Check all. Kemudian, klik menu drop-down di sebelahnya dan pilih Optimize table.
10. Batasi Revisi Halaman
Pembaruan pada halaman website tentu perlu dilakukan sesuai kebutuhan. Masalahnya, setiap kali Anda memperbarui halaman, ada revisi yang disimpan dalam database untuk tujuan restore (kembali ke versi sebelumnya)
Nah, semakin banyak revisi yang disimpan, semakin berat pula database website. Oleh karena itu, Anda harus membatasi jumlah revisi yang disimpan.
Cara membatasinya sangat mudah. Anda tinggal mengakses folder public_html melalui File Manager di cPanel seperti saat ingin mengaktifkan GZIP compression tadi. Kemudian, edit file wp-config.php. Di dalamnya, tambahkan kode berikut ini:
define('WP_POST_REVISIONS', 7);
Angka 7 tersebut bisa Anda ganti dengan angka berapapun. Namun, usahakan agar batas jumlah revisi tetap sedikit.
Website overload terjadi ketika penggunaan storage dan memori website melampaui limit resource dari penyedia layanan hosting.
Hal ini kerap terjadi pada pengguna shared hosting, baik karena adanya trafik yang tinggi, terserang malware, atau banyaknya query database.
Untuk mengecek penyebabnya, Anda bisa menggunakan resource usage di cPanel atau plugin Query monitor di WordPress. Lalu, mengatasinya dengan 10 cara yang sudah kami bahas di atas.
Nah, kalau website Anda membutuhkan resource yang lebih besar, upgrade ke layanan Cloud hosting adalah solusi yang tepat.
Mengapa cloud hosting?
Setidaknya ada tiga kelebihan yang ditawarkan cloud hosting:
- Resource besar — resource cloud hosting lebih besar dari layanan shared hosting pada umumnya
- Dedicated resource — masing-masing pengguna hosting menggunakan porsi resource-nya sendiri, sehingga tidak mempengaruhi performa website pengguna lainnya
- Kemungkinan down minimal — karena data disimpan di beberapa server, website bisa tetap dijalankan walau ada server yang bermasalah
Menariknya, Anda sudah bisa berlangganan Cloud Hosting Niagahoster dengan Rp150.000 per bulan saja!
Anda akan mendapatkan berbagai fitur untuk performa website terbaik, seperti LiteSpeed Memcached yang akan membuat beban server berkurang.
Bagaimana? Tertarik menggunakan Cloud Hosting Niagahoster untuk menghindari kondisi website overload?