Agile adalah sebuah metode pengembangan software yang kian populer. Metode ini semakin banyak digunakan karena bisa membantu developer menciptakan software dengan lebih efisien dan sesuai kebutuhan konsumen.
Lalu, apa itu agile development sebenarnya? Dan perlukah tim developer Anda menggunakannya?
Tenang, di artikel ini, kami akan membahas lengkap tentang agile development. Mulai dari pengertian, prinsip agile, kelebihan, hingga berbagai agile methodology yang perlu Anda kuasai.
Terdengar menarik, kan? Maka dari itu, yuk simak artikel ini sampai selesai!
Apa itu Agile?
Agile adalah sekumpulan metode pengembangan software yang dilakukan secara bertahap dan berulang (iterasi).
Agile development sering disebut sebagai framework karena di dalamnya memang terdapat berbagai metode yang bisa digunakan sesuai kebutuhan. Kami akan bahas lebih lanjut di bawah.
Setiap iterasi pada Agile juga berbeda-beda durasinya, tergantung project yang Anda kerjakan dan metode yang digunakan. Namun, umumnya iterasi berjalan antara satu sampai empat minggu.
Iterasi pada Agile fokus pada upaya pengembangan software yang cepat sesuai perubahan kebutuhan konsumen dengan melibatkan semua tim.
Contohnya, Anda sedang mengembangkan aplikasi peta. Lalu, tiba-tiba terjadi pandemi yang memunculkan kebutuhan baru di masyarakat tentang update informasi sebaran virus. Nah, dengan metode Agile, Anda bisa beradaptasi dengan menambahkan fitur peta sebaran pandemi di iterasi selanjutnya.
Dengan kata lain, Anda bisa langsung mengambil keputusan perubahan software sesuai kondisi pasar sebelum software benar-benar selesai.
Hasilnya, pengembangan software Anda akan lebih fleksibel dan efisien. Plus, software Anda akan up-to-date karena selalu menyesuaikan dengan kondisi pasar di setiap iterasinya.
Oh ya, bagi Anda yang penasaran dengan sejarah agile, kami akan jelaskan secara singkat.
Agile merupakan alternatif dari metode Waterfall yang linear dan tak bisa diubah di tengah proses pengembangan. Masalahnya, kebutuhan pasar mulai berubah dengan cepat. Efeknya, banyak software dengan metode waterfall yang tak lagi dibutuhkan di pasar saat dirilis.
Maka dari itu, pada tanggal 11-13 Februari tahun 2001, 17 developer berkumpul dan berdiskusi untuk mencari solusi. Hasilnya, terciptalah Agile Methodology ini.
Agile Manifesto dan Prinsip Agile
Pertemuan 17 developer di atas menghasilkan Agile Manifesto yang berisi empat nilai penting dalam pengembangan software, yaitu:
- Mengedepankan individu dan interaksinya, dibanding proses dan tools.
- Mengedepankan software yang berfungsi, dibanding membuat dokumentasi lengkap.
- Mengedepankan kerjasama dengan konsumen, dibanding negosiasi kontrak.
- Mengedepankan menanggapi perubahan, dibanding sekedar mengikuti rencana
Nah, dari pengembangan manifesto tersebut, muncullah 12 prinsip Agile yang menjadi dasar dari pelaksanaan metodologi Agile, yaitu:
- Prioritas utama adalah kepuasan konsumen melalui software yang dirilis dengan cepat dan rutin — Konsumen tentu akan lebih puas karena bisa langsung menikmati software dan perbaikannya dengan cepat pada setiap iterasi. Alih-alih harus menunggu berbulan-bulan atau bertahun-tahun hingga project selesai dulu.
- Terbuka dengan perubahan kebutuhan, bahkan di akhir pengembangan sekalipun. Agile mendukung perubahan ini untuk kebaikan konsumen — Perubahan apapun bisa langsung diterapkan kapanpun tanpa melewati proses yang rumit. Alasannya, lebih baik menerapkan perubahan daripada merilis software yang tidak sesuai kebutuhan konsumen.
- Merilis software dengan rutin, mulai dari beberapa minggu, hingga beberapa bulan sekali. Akan tetapi, lebih cepat lebih baik — Merilis software dengan rutin dan cepat memastikan bahwa software selalu sesuai kebutuhan pasar.
- Developer dan bagian bisnis harus bekerjasama setiap hari selama project berjalan — Keputusan yang diambil akan lebih baik hasilnya kalau kedua pihak saling memberikan kritik dan saran.
- Ciptakan project dengan individu yang penuh motivasi. Berikan mereka lingkungan dan support yang dibutuhkan. Lalu, percayalah mereka akan menyelesaikan pekerjaannya — Tim yang penuh motivasi kemungkinan besar akan sukses, dibanding tim yang kurang semangat. Salah satu caranya adalah dengan memberikan kebebasan pada mereka.
- Metode paling efisien dan efektif untuk menyampaikan informasi di tim adalah secara empat mata — Komunikasi secara langsung bisa membangun rasa percaya antar individu dengan lebih cepat.
- Software yang berfungsi dengan baik merupakan tolok ukur kesuksesan project — Tujuan mengembangkan software adalah untuk menghasilkan software. Maka dari itu, software yang berfungsi adalah tolok ukur terbaik.
- Agile mendukung pengembangan yang berkelanjutan. Sehingga semua pihak harus menjaga pace yang sama — Tim harus menjalankan iterasi dengan rutin hingga project selesai . Jadi, tidak boleh ada anggota tim yang menghambat iterasi.
- Aspek teknis dan desain yang bagus bisa meningkatkan kelincahan (agility) — Anggota tim sebaiknya mempunyai kemampuan yang baik, sehingga mampu terus menciptakan software berkualitas di tengah perubahan sekalipun.
- Pentingnya kesederhanaan untuk meminimalisir pekerjaan yang tidak perlu — Tim sebaiknya menghindari mempersulit diri sendiri atau melakukan pekerjaan yang tidak sesuai dengan kebutuhan konsumen.
- Tim yang mandiri akan menghasilkan arsitektur, kebutuhan, dan desain terbaik — Tim yang mandiri akan bangga dengan karyanya. Sehingga mereka akan menghasilkan karya yang lebih baik daripada saat dikekang.
- Sesering mungkin, tim harus memikirkan cara untuk menjadi lebih efektif, lalu menerapkannya dengan baik — Pengembangan diri bagi anggota tim juga penting. Sebab, bisa meningkatkan efisiensi dan kualitas software.
Maka dari itu, pastikan Anda menerapkan nilai dan prinsip Agile dengan baik agar mampu menghasilkan software berkualitas tinggi yang dibutuhkan konsumen.
Tujuan Agile Methodology
Lalu, untuk apa sih Agile diciptakan padahal sudah ada metode pengembangan software lain? Secara garis besar, tujuan metode Agile adalah:
- High-value and working App system — Software yang diciptakan berfungsi baik, nilai jualnya tinggi, dan biaya pembuatannya rendah.
- Iterative, incremental, evolutionary — Pengembangan software terbuka dengan perubahan di mana tim mampu bekerja dengan singkat dalam menambah fitur sesuai kebutuhan konsumen.
- Cost control & value-driven development — Software dikembangkan dengan sesuai kebutuhan pengguna dengan waktu dan biaya pengembangan yang dikontrol.
- High-quality production — Kualitas software bisa terjaga dengan melakukan tes menyeluruh di setiap iterasinya.
- Flexible & risk management — Proses pengembangan software disiapkan untuk menghadapi perubahan berbekal kemampuan adaptasi yang baik. Jadi, dapat meminimalisir kegagalan.
- Collaboration — Kolaborasi tim lebih maksimal karena rutin bertemu untuk membahas perkembangan project.
- Self-organizing, self-managing teams — Tim bisa mengatur dirinya sendiri dengan support dari pimpinan sehingga tercipta tim yang solid.
Apa Saja Metode Agile?
Sebagai sebuah framework, Agile development menggunakan delapan metode yang berbeda, yaitu:
1. Scrum Methodology
Scrum adalah metode agile yang berfokus pada pengembangan software kompleks. Pengerjaan software pada Scrum dibagi menjadi beberapa proses kecil yang disebut dengan sprints.
Dalam satu sprint, biasanya Anda akan berfokus menyelesaikan satu fitur tertentu. Misalnya, Anda sedang mengembangkan aplikasi dompet digital dan berfokus menambahkan fitur isi saldo.
Nah, agar Scrum berjalan dengan lancar, setiap anggota tim harus diberikan peran, yaitu:
- Product Owner — bertugas memaksimalkan nilai bisnis dari software yang dikembangkan. Plus, ia juga memastikan bahwa list fitur produk telah disusun dengan baik.
- Scrum Master — bertugas memfasilitasi dan memastikan bahwa tim sudah paham dengan proses Scrum. Selain itu, ia juga akan berkoordinasi dengan Product Owner agar bisa memaksimalkan hasil produk dan ROI (Return of Investment).
- Development Team — sekumpulan orang yang memiliki skill tertentu untuk menjalankan project. Misalnya, programmer, designer, writer, dan sebagainya.
2. Scaled Agile Framework (SAFe)
Scaled Agile Framework (SAFe) ditujukan bagi perusahaan besar atau enterprise yang ingin menerapkan metode Agile.
Perusahaan besar cenderung kaku dengan struktur divisi/tim yang banyak. Tak jarang, pengambilan keputusan terkait project bisa memakan waktu lama karena perlu koordinasi antar divisi.
Nah, SAFe adalah solusi dari masalah tersebut. Dengan SAFe, kerjasama antar divisi saat menjalankan project akan lebih efektif dan fleksibel.
Sebagai contoh, LEGO menerapkan SAFe pada 20 tim produknya. Salah satu caranya adalah dengan mengadakan meeting antar tim setiap delapan minggu sekali.
Pada meeting tersebut, mereka saling menunjukkan hasil, menjelaskan rencana, mengukur risiko, dan sebagainya. Artinya, semua keputusan penting diambil saat itu juga tanpa harus melalui birokrasi yang rumit.
3. Lean Software Development (LSD)
Lean Software Development (LSD) adalah metode Agile yang mempunyai satu tujuan: mengembangkan software dengan sumber daya sehemat mungkin. Bagaimana bisa?
Caranya, dengan merilis produk dengan fitur terbatas yang disebut dengan Minimum Viable Product (MVP).
MVP memiliki fitur standar dan terus dikembangkan sesuai feedback konsumen. Dengan begitu, pengembangan akan menghemat sumber daya karena tak perlu menambahkan fitur yang belum tentu dibutuhkan.
Sebagai contoh, awalnya Gojek bukanlah aplikasi kaya fitur. Gojek menggunakan call center yang menghubungkan penumpang dengan driver.
Nah, call center itulah yang merupakan MVP Gojek. Setelah pengguna bertambah dan ingin perbaikan fitur, Gojek mulai membuat aplikasi yang dikenal saat ini.
Itulah pentingnya LSD. Bayangkan kalau Anda sudah lembur berhari-hari untuk menciptakan fitur canggih dan ternyata konsumen tidak membutuhkannya. Membuang-buang waktu dan tenaga saja, kan?
Nah, LSD tentu sangat cocok diterapkan pada startup atau bisnis baru yang masih mempunyai sumber daya terbatas dalam pengembangan produk.
Baca juga: Lean Startup: Metode yang Wajib Dipelajari Pebisnis Online!
4. Kanban
Kanban adalah metode Agile yang menggunakan visual dalam prosesnya. Hal ini membuat flow kerja Anda lebih jelas karena bisa memantau setiap aktivitasnya.
Nah, visual yang digunakan metode Kanban disebut sebagai Kanban Board. Umumnya, Kanban Board dibagi menjadi tiga tahap, yaitu:
- To Do — aktivitas yang akan dikerjakan.
- In Progress — aktivitas yang sedang dikerjakan.
- Done — aktivitas yang sudah selesai.
Ketiga tahap di atas membuat semua anggota tim bisa mengetahui sampai mana proses pengembangannya dengan mudah dan cepat. Misalnya, ketika mengerjakan halaman About Us.
Task pembuatan halaman About Us yang sudah selesai akan masuk ke tahap Done. Lalu, proses mengisi konten halaman About Us yang diperlukan ternyata masih di tahap On Progress. Dan, masih ada task To Do yaitu memasukkan link halaman About Us di homepage menunggu task on Progress selesai.
Oh ya, Kanban Board bisa berupa papan tulis biasa atau papan virtual seperti Trello dan Quire. Anda tinggal menyesuaikannya dengan kebutuhan dan kemampuan tim Anda.
5. Extreme Programming (XP)
Extreme Programming (XP) adalah metode agile yang lebih berfokus ke aspek teknis pengembangan. Tujuannya, agar software yang dihasilkan mempunyai kualitas tinggi, sehingga kemampuan tim pengembangnya juga meningkat drastis.
Itulah kenapa metode ini disebut dengan “extreme.” Sebab, untuk mencapai tujuan tersebut, tim harus bekerja dengan extra keras dan dipaksa keluar dari zona nyaman.
Nah, agar Anda mendapat gambaran lebih jelas, berikut penjelasan proses XP yang harus Anda jalankan:
- Planning — tim developer dan konsumen bertemu untuk merencanakan apa yang akan dikerjakan di setiap iterasinya.
- Designing — mulai mendesain bentuk dasar software yang sederhana.
- Coding — dimulainya proses coding secara intensif oleh tim. Di sini, anggota tim juga saling me-review coding dari anggota tim lainnya.
- Testing — mengetes software berulang kali apakah berfungsi dengan baik (unit tests) dan sesuai kebutuhan konsumen (acceptance tests)
- Listening — berdiskusi dan mendengarkan feedback dari konsumen. Maka dari itu, konsumen harus selalu tersedia on-site dalam XP.
Dengan mengikuti proses di atas, tim Anda tentu lebih bisa memberikan hasil maksimal.
6. Crystal Methodology
Crystal Methodology adalah metode Agile yang lebih berfokus ke kondisi tim yang mengerjakan, alih-alih ke proses atau tools-nya. Mulai dari interaksi tim, komunikasi, feedback, dokumentasi, dan sebagainya.
Dengan Crystal Methodology, pengembangan software akan lebih optimal karena disesuaikan dengan kondisi tim Anda.
Sebagai contoh, kalau tim Anda kecil tidak perlu banyak dokumentasi karena setiap perubahan bisa langsung dikomunikasikan. Sebaliknya, kalau tim sudah besar, perlu dokumentasi yang jelas dan dapat diakses oleh semua anggota tim.
Nah, Crystal Methodology sendiri mempunyai tujuh prinsip utama untuk mendukung pengembangan software secara tim dengan lancar. Apa saja?
- Frequent Delivery — Anda harus sering merilis dan mengetes kode ke user. Tujuannya, agar Anda terhindar dari menciptakan software yang tak dibutuhkan.
- Reflective Improvement — Tak peduli bagaimana kualitas produk yang diciptakan, pasti ada aspek yang bisa ditingkatkan oleh tim Anda.
- Osmotic Communication — Komunikasi antar anggota tim seolah mereka berada di satu ruangan yang sama. Artinya, semua anggota bisa mendengar dan mendapat informasi yang sama.
- Personal Safety — Anggota tim bisa mengungkapkan pendapat tanpa rasa takut atau mendapat ancaman. Baik itu tentang masalah atau menyampaikan ide baru.
- Focus on Work —Tiap anggota tim sebaiknya paham dan bisa melakukan pekerjaannya dengan baik. Jadi, mereka bisa fokus untuk bekerja sama mencapai tujuan.
- Easy Access to Expert Users — Anggota tim bisa dengan mudah bertanya atau meminta pendapat dari user yang ahli di bidangnya.
- Technical Tooling — Tim sebaiknya menggunakan tools pendukung seperti test otomatis, manajemen konfigurasi, dan integrasi rutin. Tujuannya, agar kesalahan bisa cepat dideteksi.
7. Dynamic Systems Development Method (DSDM)
Dynamic Systems Development Method (DSDM) adalah metode agile yang mengutamakan keterlibatan semua anggota tim secara berlanjut.
DSDM juga mempunyai filosofi utama yaitu, “menciptakan software yang mempunyai manfaat nyata ke bisnis.” Filosofi ini juga didukung oleh delapan prinsip yang harus dijalankan agar bisa mencapai tujuan tersebut:
- Fokus pada kebutuhan bisnis — Software yang dikerjakan haruslah mempunyai manfaat yang jelas pada bisnis.
- Selesaikan tepat waktu — Pengembangan software harus mempunyai tanggal penyelesaian yang jelas.
- Kolaborasi — Tim Anda harus melibatkan semua stakeholder dari awal sampai akhir.
- Kualitas — Kualitas akhir software yang akan dikerjakan harus sudah disetujui sejak awal.
- Ciptakan pondasi yang kuat — Tim Anda harus menciptakan desain awal agar paham software seperti apa yang akan dikembangkan.
- Kembangkan dengan bertahap — Anda harus mampu menerapkan perubahan dari feedback pada setiap iterasinya.
- Komunikasi yang jelas — Usahakan Anda melakukan meeting yang rutin dimana setiap anggota bisa menyampaikan masalah atau kendala.
- Tunjukkan kepemimpinan — Team leader harus memastikan bahwa rencana dan informasi perkembangan bisa diakses siapapun dengan mudah.
8. Feature Driven Development (FDD)
Seperti namanya, Feature Driven Development (FDD) adalah metode Agile yang berfokus untuk menyelesaikan satu fitur.
Biasanya, sebelum pengembangan software dimulai Anda harus menulis daftar fitur apa saja yang hendak dimasukkan. Lalu, Anda harus menyelesaikan satu fitur dari daftar tersebut di setiap iterasinya. Yup, mirip dengan Scrum, bukan?
Nah, bedanya setiap iterasi pada FDD biasanya hanya berlangsung selama 2 sampai 10 hari. Sedangkan iterasi pada Scrum umumnya dua sampai empat minggu lamanya. Maka dari itu, fitur pada FDD memiliki skala yang kecil dan lebih spesifik agar bisa diselesaikan tepat waktu. Misalnya, buat tombol login atau ganti ikon pencarian.
Lengkapnya, berikut lima langkah yang harus Anda jalankan saat menerapkan FDD:
- Mengembangkan model dasar
- Menulis daftar fitur
- Merencanakan pengembangan setiap fiturnya
- Mendesain fitur
- Membangun sesuai fitur
Kelebihan Agile dan Kekurangan Agile
Lalu, apa saja kelebihan dan kekurangan Agile sebagai sebuah metode pengembangan produk?
Kelebihan Agile
Berikut adalah beberapa manfaat Agile yang membuatnya diterapkan oleh berbagai tim di seluruh dunia. Apa saja?
1. Kualitas Software Lebih Baik
Dengan Agile Methodology, Anda bisa dengan cepat menerapkan setiap feedback dari konsumen di iterasi selanjutnya. Baik itu tentang penambahan fitur atau memperbaiki bug. Alhasil, kualitas software Anda akan membaik karena lebih sesuai dengan keinginan konsumen.
2. Konsumen Puas dan Lebih Dihargai
Software dengan kualitas yang baik akan disukai konsumen. Apalagi kalau fitur software di dalamnya sesuai dengan keinginan konsumen berkat feedback yang diberikan. Dengan begitu, mereka akan merasa lebih dihargai sebagai konsumen.
3. Fleksibilitas Tinggi
Metode Agile memungkinkan Anda melakukan perubahan rutin sesuai feedback konsumen pada software yang dikerjakan. Bila ada banyak feedback, Anda bisa memilih akan melakukan perubahan apa di setiap iterasinya. Jadi, Anda tidak harus saklek mengikuti sebuah rencana dari awal sampai akhir.
4. Software Cepat Selesai
Metode Agile berfokus mengembangkan software yang benar-benar dibutuhkan konsumen. Jadi, software akan cepat selesai karena Anda tak menghabiskan waktu menambahkan banyak fitur yang belum tentu dibutuhkan konsumen.
5. Pengembangan yang Lebih Terprediksi
Setiap Agile methodology mempunyai iterasi rutin yang fokus pada pengembangan bertahap. Jadi, pengembangan software Anda akan lebih terprediksi, sehingga Anda bisa tahu berbagai pengeluaran dengan baik. Efeknya, risiko bisnis akan berkurang.
Kekurangan Agile
Tentu saja agile juga mempunyai kekurangan yang perlu Anda ketahui, sebagai berikut:
1. Produk Akhir yang Kurang Jelas
Agile tidak membutuhkan banyak perencanaan, sehingga tim Anda akan kesulitan menentukan bentuk akhir software-nya. Apalagi, fitur baru juga selalu ditambahkan dan membuat software Anda semakin kompleks. Efeknya, selama kebutuhan konsumen berubah-ubah, Anda juga akan semakin sulit menentukan bentuk akhirnya.
2. Bergantung Pada Komitmen Tinggi Tim
Agile mengharuskan semua pihak untuk selalu berinteraksi secara rutin agar software sesuai kebutuhan konsumen. Mulai dari memberikan feedback, menerapkan perubahan, melakukan test, dan sebagainya. Ini tentu saja membutuhkan komitmen tinggi dari setiap individu, sehingga akan menguras banyak energi dan waktu Anda.
3. Dokumentasi yang Kurang Lengkap
Dalam agile, dokumentasi dibuat dalam waktu yang singkat sehingga berujung pada hasil yang kurang lengkap. Artinya, saat ada anggota baru di tim, ia akan kesulitan memahami berbagai hal tentang project yang berjalan. Efeknya, akan timbul miskomunikasi yang bisa memperlambat project Anda.
Yuk, Terapkan Metode Agile!
Nah, itu tadi penjelasan mengenai metode Agile secara lengkap. Ternyata Agile methodology sangat bermanfaat, bukan?
Metode Agile tak hanya menjadi solusi pengembangan software yang lebih cepat, hemat, dan efisien. Tapi, juga mampu menghasilkan software dengan kualitas lebih baik yang sesuai dengan kebutuhan konsumen.
Maka dari itu, penting bagi Anda untuk mempelajari semua Agile Methodology dengan baik.
Untungnya, Anda tak perlu repot mencari. Sebab, Niagahoster menyelenggarakan banyak event tentang pengembangan software dan website langsung dari para ahlinya. Menariknya, semua event tersebut bisa Anda ikuti gratis secara online, lho!