Aldwin Nayoan Aldwin is a content writer at Niagahoster. Specializing in web hosting and WordPress, he is eager to help people uplevel their business on the internet. Apart from being a tech junkie, Aldwin likes fiction and photography.

Apache vs Nginx: Mana yang Lebih Baik?

4 min read

Bicara web server terbaik, Apache vs Nginx tentu akan jadi tema utama. Sebab, keduanya sangat populer dan sama-sama menawarkan fitur yang canggih.

Bagi Anda yang baru mulai menggunakan layanan hosting mungkin akan bertanya: “sebenarnya Nginx vs Apache bagus mana sih?”

Itulah pertanyaan yang akan kami jawab di artikel ini. Anda akan melihat perbandingan dua web server terbaik sehingga bisa menentukan mana yang paling tepat sesuai kebutuhan Anda.

Jadi, mari mulai dengan mengenal kedua web server tersebut terlebih dahulu.

Apache vs Nginx: Dua Web Server Populer

Apache adalah web server open-source yang efisien dan bisa digunakan lintas sistem operasi. Web server ini diciptakan pada tahun 1995 oleh Robert McCool, kemudian dikembangkan di bawah Apache Software Foundation sejak 1999.

Sejak awal, Apache dikenal menawarkan berbagai modul yang dapat memperluas fungsinya. Popularitas ini bisa dilihat dengan banyaknya perusahaan besar yang menggunakannya, di antaranya Cisco, Salesforce, dan Adobe.

Nah, kalau Nginx dirilis tahun 2004 oleh Igor Sysoev. Ciri khas web server Nginx ini adalah arsitekturnya yang bersifat asinkron dan event-driven. Sifat tersebut memungkinkan Nginx menghemat resource server dengan lebih baik.

Selain ringan, Nginx mampu memproses konten statis dan dinamis dengan baik. Hal tersebut bisa diwujudkan karena Nginx dihubungkan ke software lain yang tugasnya menangani konten dinamis.

Pengguna Nginx juga banyak yang merupakan perusahaan terkenal. Sebut saja Google, LinkedIn, dan Microsoft.

Sekarang, mari simak perbandingan Apache vs Nginx di beberapa aspek.

Apache vs Nginx: Manakah yang Terbaik?

Untuk mengetahui manakah web server yang lebih baik, kami akan membandingkan Apache vs Nginx dalam enam aspek, yaitu:

  • Penanganan traffic
  • Pemrosesan konten dinamis
  • Akses konfigurasi di tingkat direktori
  • Cara mencari file yang diminta direktori
  • Kemampuan caching
  • Cara menambahkan modul
  • Ketersediaan dokumentasi dan tools yang mendukung

Yuk, simak satu per satu!

Penanganan Traffic

Apache memproses traffic dengan multi-processing modules (MPM). Ada tiga MPM dengan mekanisme berbeda yang bisa Anda pilih, yaitu:

  • mpm_prefork — MPM default yang hanya bisa menangani satu request. Jika ada traffic dalam jumlah besar, performa server akan menurun.
  • mpm_worker — bersifat multi-thread sehingga bisa menangani lebih dari satu request secara bersamaan. MPM ini lebih cocok untuk website ber-traffic tinggi
  • mpm_event — bersifat multi-thread, tetapi masing-masing thread memiliki thread pendukung. Dengan begitu, MPM ini memiliki tingkat efisiensi tertinggi.

Nah, bagaimana dengan Nginx?

Web server ini memproses traffic menggunakan algoritma yang bersifat asinkron, non-blocking, dan event-driven. Maksudnya, proses yang berjalan dalam Nginx dapat mengelola banyak sub-proses yang mampu menangani ribuan request bersamaan.

Karena Nginx tidak menjalankan proses baru setiap kali request masuk, jumlah resource yang digunakan dapat dikurangi.

Pemrosesan Konten Dinamis

Apache bisa memproses konten dinamis tanpa bantuan software tambahan. Hal ini berkat adanya modul yang  bisa Anda pasang dan lepas sesuai kebutuhan. Dengan keunggulan tersebut, konten dinamis bisa dieksekusi dengan lebih cepat menggunakan konfigurasi yang  mudah.

Keunggulan tersebut tidak dimiliki Nginx. Web server ini bergantung pada adanya software tambahan untuk memproses konten dinamis. Belum lagi, Anda juga harus menghubungkan sendiri software tambahan tersebut.

Akses Konfigurasi di Tingkat Direktori

Apache dan Nginx memiliki perbedaan dalam konfigurasi di tingkat direktori. 

Di server Apache, konfigurasi tersebut bisa dilakukan tanpa merubah konfigurasi utama melalui file .htaccess. Adanya akses konfigurasi di tingkat direktori memudahkan aplikasi seperti content management system (CMS) untuk menyesuaikan kondisi server dengan kebutuhan aplikasi. 

Lain halnya dengan Nginx yang tidak menyediakan akses konfigurasi tambahan di tingkat direktori. Perubahan pengaturan pada sisi pengguna dan aplikasi harus melibatkan perubahan konfigurasi utama server.

Sekilas terdengar kurang fleksibel, tapi ada dua manfaat yang bisa Anda dapatkan. Pertama, Nginx lebih aman karena konfigurasi server tidak mudah diganti sehingga bisa menjadi celah keamanan. Kedua, request bisa dilayani lebih cepat tanpa melalui proses pengaturan tambahan di file .htaccess.

Cara Mencari File yang Diminta

Ketika ada request, server akan mencari file-file halaman website yang diminta. Nah, penanganannya akan berbeda di server Apache vs Nginx.

Ketika Apache menerima request, ia memahaminya sebagai permintaan untuk mencari lokasi filesystem resource. Artinya, web server ini mencari file-file yang diminta melalui document tree.

Tidak demikian dengan Nginx. Web server ini akan mencari lokasi  filesystem resource hanya jika dibutuhkan. Sebagai metode utamanya, Nginx mencari file dengan menguraikan uniform resource identifier (URI).

Karena menggunakan metode tersebut, fungsi Nginx sebagai server web, mail, dan proxy bisa menjadi efektif.

Kemampuan Caching

Caching adalah proses penyimpanan file website sementara dengan tujuan meringankan tugas server. Dengan caching, setiap file yang pernah diminta sebelumnya bisa diberikan lebih cepat. 

Baik Apache maupun Nginx mampu melakukan caching, tetapi komponen yang digunakan untuk membuat cache berbeda.

Nginx menggunakan FastCGI caching yang dikenal handal dalam membuat cache konten statis. Di Apache ada dua komponen yang bisa digunakan untuk membuat cache, yaitu modul mod_cache dan Varnish.

Akan tetapi, kinerja mod_cache bisa bertentangan dengan modul lainnya dan menimbulkan kendala. Oleh karena itu, pengguna Apache lebih baik menggunakan Varnish.

Nah, mana yang lebih tangguh di antara kedua komponen caching? 

Sebenarnya, Varnish dan FastCGI sama-sama baik. Namun, FastCGI lebih cepat dalam merespon request dan mampu menangani lebih banyak request daripada Varnish.

Cara Menambahkan Modul

Apache dan Nginx memiliki modul-modul yang bisa Anda manfaatkan untuk menambah fitur, seperti mengaktifkan cache, enkripsi, dan proxy. 

Modul-modul Apache sudah tersedia sehingga Anda bisa mengaktifkan atau mematikan modul  dengan mudah.

Untuk menggunakan modul di Nginx, Anda harus mengkompilasi source code saat diinstal di server. Tentunya, tidak sepraktis Apache, baik saat mengaktifkan atau menonaktifkannya.

Ketersediaan Dokumentasi dan Tools

Perbedaan Apache vs Nginx lainnya adalah ketersediaan dokumentasi dan tutorial. 

Apache adalah web server yang sudah lama ada sehingga sudah banyak dokumentasi yang tersedia. Baik dari Apache maupun pihak ketiga. Itupun tersedia dalam berbagai bahasa.

Dokumentasi Nginx awalnya hanya tersedia dalam bahasa Rusia. Bagi pengguna pemula dari negara lain tentu akan menjadi hambatan untuk menggunakannya. Namun, dengan popularitasnya yang meningkat pesat, panduan Nginx sudah banyak tersedia dalam berbagai bahasa.

Selain dokumentasi, kedua software server juga didukung oleh banyak tools. Jadi, integrasi dengan Apache dan Nginx tersedia di berbagai tools.

Baca Juga: Perbedaan LiteSpeed dan Apache

Apache vs Nginx: Sudah Tahu Bedanya, ‘kan?

Apache vs Nginx memang persaingan yang tidak bisa dihindari. Keduanya mampu menangani traffic tinggi, memproses konten dinamis, dan memiliki kumpulan modul untuk memperluas fungsi.

Meski demikian, kedua web server juga memiliki beberapa perbedaan yang kami rangkum di tabel berikut ini:

Tabel perbandingan Apache vs Nginx

Tabel di atas sudah cukup membantu Anda menentukan mana yang lebih baik, bukan? Pilihlah salah satu web server yang Anda butuhkan, Apache vs Nginx. 

Kalau bingung, Anda bahkan bisa menggunakan keduanya sekaligus. Caranya, Anda menggunakan Nginx sebagai reverse proxy untuk memproses traffic tinggi dan menangani konten statis, sedangkan konten dinamis ditangani Apache.

Oh ya, web server berkualitas bukan hanya Apache dan Nginx. Teknologi yang ditawarkan LiteSpeed Web Server tak dapat dipandang sebelah mata.

LiteSpeed memiliki keunggulan yang juga ditawarkan Apache dan Nginx. Contohnya, arsitektur event-driven yang meningkatkan kecepatan pemrosesan request dan penggunaan file .htaccess untuk memudahkan pengaturan. Tidak hanya itu, fungsi LiteSpeed bisa diperluas dengan modul-modul Apache.

Dari sisi performa, LiteSpeed lebih cepat 12 kali dari Nginx dan 48 kali dari Apache.

Ehm.. jadi tertarik menggunakan LiteSpeed?

Kabar baiknya, keunggulan teknologi LiteSpeed bisa Anda nikmati dengan membeli paket Unlimited hosting atau Cloud hosting Niagahoster. Itupun masih ditambah dengan adanya fitur LiteSpeed Memcached yang mampu membuat kinerja server menjadi semakin optimal.

Nah, tertarik untuk menggunakan server LiteSpeed untuk website Anda? Pilih paket hosting Anda sekarang juga!

Aldwin Nayoan Aldwin is a content writer at Niagahoster. Specializing in web hosting and WordPress, he is eager to help people uplevel their business on the internet. Apart from being a tech junkie, Aldwin likes fiction and photography.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *